Dalam film animasi buatan Pixar ini yang berjudul Wall-E, bumi digambarkan penuh dengan sampah yang tidak bisa didaur ulang. Mulai dari pakaian, makanan, besi-besi, beton bangunan sampai alat elektronik menggunung di mana-mana.
Sampah elektronik ini juga merupakan bentuk ketidakadilan yang dilakukan negara-negara maju ke negara-negara berkembang. Negara-negara maju mengirimkan sampah-sampah elektronik ke negara dunia berkembang. Karena melakukan ekspor sampah elektronik dikategorikan sebagai tindakan ilegal, maka negara maju menggunakan dalih mengirimkan barang elektronik yang sudah usang sebagai barang re-use.
Daerah itu bernama Guiyu, sebuah distrik di Provinsi Guangdong, Cina. Di sana ditemukan para pekerja yang terdiri dari orang-orang dewasa, baik laki-laki maupun perempuan, bahkan anak-anak yang sedang memisahkan kabel-kabel dari komputer dan alat eletronik lainnya. Dan pada malam harinya, mereka membakarnya dan mengotori udara dengan asap carcinogenic penyebab kanker yang dihasilkan dari pembakaran tersebut.
Para pekerja yang tidak menggunakan alat pelindung untuk dirinya, tidak hanya memisahkan kabel dari alat-alat elektronik. Mereka menuangkan asam di atas alat-alat elektronik untuk mendapatkan perak dan emas. Mereka juga mencungkil banyak cartridge printer dan menghancurkan tabung-tabung sinar katoda dari monitor komputer. Untuk itu, pekerja-pekerja tersebut dibayar 1,50 dolar per hari.
Bukan rahasia lagi bahwa materi berbahaya (limbah, red) dari negara-negara ekonomi maju sering berakhir sebagai kerugian di negara-negara dunia ketiga. Pakta 1989 yang terkenal dengan Konvensi Basel melarang transfer limbah tersebut, tapi AS tidak meratifikasinya. AS menolak mengadaptasi Konvensi Basel. Hasilnya, sampai 80 persen limbah elektronik Amerika dikirim ke Guiyu, Cina.
Masalah Kesehatan dan Lingkungan Hidup
Berdasarkan laporan Greenpeace, dari kurang lebih 70 sampel yang dikumpulkan pada Maret 2005 yang berasal dari limbah industri, endapan di sungai, tanah, dan air tanah di sekitar Guiyu, Cina dan New Delhi, India, disimpulkan mengandung kontaminan level tinggi. Sampel dikumpulkan dari area yang mengandung logam berat yang digunakan untuk membuat alat elektronik termasuk timah, tembaga, cadmium, dan antimony (logam keputih-putihan yang rapuh untuk membuat obat dan untuk pengeras campuran logam).
Para peneliti Greenpeace juga mendeteksi kehadiran polybrominated diphenyl ethers atau PBDEs, sebuah penghambat api, sebaik polychlorinated biphenyls atau PCBs, sekelas kimia yang biasa digunakan dalam menyaring cairan.
Sebuah penelitian dilakukan di Cina, yang menjadi tujuan dari 70 persen dari komputer, TV, telepon selular, dan limbah elektronik dunia lainnya. Penelitian tersebut menyimpulkan, metode daur ulang Cina telah menaikkan level dioxin pada perempuan menyusui. Dioxin ini bisa menyebabkan penyakit kanker, menyebabkan cacat, dan masalah kesehatan lainnya.
Ming H Wong dan koleganya melakukan penelitian level dioxin pada perempuan yang memiliki anak yang masih menyusui yang tinggal di lingkungan tempat pembuangan sampah elektronik di daur ulang, kemudian dibandingkan dengan mereka yang tinggal di area lain. Mereka menganalisa level dari dioxin dalam sampel susu ibu, plasenta, dan rambut.
Sampel dari tempat pembuangan limbah elektronik menunjukkan level dioxin yang tinggi daripada diambil dari tempat lain. Peneliti memperkirakan dari bayi yang sudah menyusu selama enam bulan di tempat daur ulang berisiko memiliki masalah kesehatan – seperti cacat – ketimbang yang tidak berada di sana.
Tidak hanya itu, zat kimia yang diakibatkan oleh sampah eletronik juga bisa mengandung limbah beracun yang menyebabkan tanah dan air tanah menjadi rusak dan tidak layak minum. Racun kimia dari barang elektronik yang rusak mengandung timah, arsenik, merkuri atau seng, dapat merembes ke dalam tanah selamanya atau menguap meracuni udara.
ERP pertama kali diimplementasikan di Jerman pada 1991 mengacu kepada permasalahan lahan. Sejak itu, kebijakan ini menjadi populer di Eropa dan Asia. “ERP sudah dipraktikan di beberapa negara. Kita ingin mengadopsinya di sini. Beberapa pabrik sudah familiar dengan kebijakan ini,” ujar Herri Hamdani dari Kementrian Lingkungan Hidup.
California dan Massachusetts juga telah mengeluarkan larangan pembuangan tabung sinar katoda monitor di tanah dan tempat pembakaran. Beberapa pembuat PC dan pedagang retail besar telah meluncurkan program daur ulang, tapi mereka menyarankan konsumen untuk membayar sekitar 30 dolar dan mengirimkan PC lama mereka sendiri.
Sejauh ini memang belum ada solusi real dari menumpuknya sampah elektronik yang dihasilkan negara-negara maju ini. Namun apa pun solusi yang coba ditawarkan pemerintah masing-masing negara, dibutuhkan kebulatan niat untuk menjalankan upaya ini dengan kontinu. Karena tentunya, kita tidak ingin melihat bumi kita dipenuhi dengan sampah seperti dalam film animasi WALL-E kan ?? Download film Wall-E >>Klik<<
Mohon maaf kalau mengganggu kenyamanan :
1. Komentar yang mengandung SPAM, pornografi, dan iklan akan dihapus.
2. Mencantumkan link hidup akan otomatis dihapus.
Terima kasih atas kunjungannya U(^_^) semoga artikel ini bermanfaat.