Monday, February 16, 2015

Belajar Arti Sebuah KEJUJURAN, dari Seorang Tukang Sapu di Gaza

| Monday, February 16, 2015 | 0 comments
بِسْــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم
Kejujuran adalah hal yang biasa, namun begitu berbeda jika banyak kebohongan telah menjadi kebiasaan kita. Hanya orang berhati besar yang mampu jujur, apalagi di jaman sekarang ini. Kejujuran seperti sebongkah emas yang sangat susah didapatkan, namun itu tak menyurutkan bagi warga Palestina satu ini, profesi, derajat, atau bahkan pangkat tak membuatnya takut untuk tetap jujur!

Belajar Arti Sebuah KEJUJURAN, dari Seorang Tukang Sapu di Gaza

[Dari PKS Piyungan org] Kesulitan hidup warga Gaza, Palestina, tak serta-merta menghapus integritas mereka. Di tengah tekanan, baik secara fisik maupun mental, ternyata tak menghapus kejujuran yang mereka miliki.

Setidaknya itulah yang ditunjukkan Jawad Mansour, seorang tukang sapu di Holest Culture Centre, di Jalur Gaza. Saat hendak pulang –pada 29 Desember silam- dia menemukan tumpukan uang dengan jumlah US$ 30 ribu atau sekitar Rp 383 juta.

Belajar Arti Sebuah Kejujuran, dari Seorang Tukang Sapu di Gaza

Meskipun keadaan keuangan yang sulit, Mansour tak berniat mengambil uang itu untuk kepentingan pribadi. Bersama dua rekannya, Yousef Al-Jabda dan Nayef Sukkar, dia berusaha mencari pemilik uang tersebut.

Mansour memastikan tak ada sepeser pun uang yang dia ambil. Bersama teman-temannya, dia menelusuri pemilik uang itu dengan mendatangi sejumlah toko, masjid, dan kantor-kantor setempat. Sampai akhirnya mereka menemukan sang pemilik uang, seorang akuntan di perusahaan Yazji Beverage Company, Abu Muhammad, yang telah membuat laporan kehilangan ke polisi.

Pria yang juga dikenal sebagai Abu Waseem, bahkan menolak untuk menerima hadiah. Itu dia lakukan sesuai dengan prinsip hidupnya.

Mansour yang telah bekerja selama 8 tahun sebagai tukang sapu kota di Jalur Gaza mengaku sering menemukan benda-benda yang jatuh di jalanan maupun selokan. Namun tak ada keinginan sama sekali untuk memiliki benda-benda itu. Dia memilih hidup dengan gaji yang diterima US$ 200 atau sekitar Rp 2,5 juta perbulan.

Bertemu pemilik

Uang itu merupakan milik Yazji Beverage Company yang hendak ditransfer ke bank oleh Abu Muhammad. Namun, saat menuju ke bank, uang itu tak sengaja jatuh. Abu Muhammad kemudian melapor ke polisi.

Semula, polisi tak percaya dengan laporan yang dibuat oleh Abu Muhammad. “Dia mengatakan kepada saya bahwa cerita saya luar biasa, tidak masuk akal,” tutur Abu Muhammmad sebagaimana dikutip Dream dari smpalestine.com, Jumat 13 Februari 2015.

Polisi kemudian memeriksa mobil Abu Muhammad. Tapi tak menemukan uang tersebut. Abu Muhammad akhirnya meninggalkan nomor telepon genggamnya ke pos polisi dan meminta petugas menghubungi dia jika ada orang baik hati mengembalikan uang itu.

Tak berselang lama, Mansour menemukan uang itu di jalan. Setelah melaporkan uang itu ke polisi, Mansour meminta agar dia menjadi orang yang mengembalikan uang tunai tersebut. Dengan begitu, dia bisa memastikan bahwa uang itu diserahkan kepada pemilik yang sah.

Ketika Abu Muhammad tiba, Mansour memintanya untuk menjelaskan kronologi kehilangan dan susunan uang itu, sehingga yakin bahwa Abu Muhammadlah pemilik uang itu.

Sambil menangis, Abu Muhammad menjelaskan bahwa ia telah kehilangan US$ 30.000 itu. “Uang itu terdiri dari tiga tumpukan. Salah satu dari tiga tumpukan berisi empat US$ 50,” kata Abu Muhammad.

Setelah yakin, Mansour menyerahkan uang itu kepada Abu Muhammad. Kedua orang berjabat tangan, bersyukur atas kejujuran ini. “Ini milik Anda,” tutur Mansour.

Dalam sebuah wawancara dengan TV Al Quds, Mansour menjelaskan beberapa kesulitan yang dia hadapi dan bagaimana mengembalikan uang yang bisa saja dia miliki.

“Saya bekerja di Salaheddine Road di mana saya menyirami tanaman di sepanjang jalan. Jika mobil menabrak saya, apa yang akan terjadi pada saya [dan keluarga saya]? Saya bisa menyembunyikan uang itu,” kata dia.

Kini, seorang petugas kebersihan yang semula diabaikan oleh pengguna jalan menjadi terkenal karena kejujuran. Mansour kini dikenal di seluruh Gaza. Meski dalam kesulitan ekonomi, Mansour menolak untuk menerima hadiah 10% dari perusahaan Yazji. Dia mengatakan bahwa upahnya dari Allah.

Bila kita ambil hikmahnya dari cerita di atas seakan sebuah tendangan bagi kita. Sudahkah kita bersikap jujur? untuk hari ini saja, berepa kebohongan yang telah kita lakukan? Jika itu sebuah kebaikan ada yang mengatakan, LUPAKAN. Namun itu sebuah keburukan walaupun sebesar biji sawi pun, INGATlah karena dengan mengingat keburukan-keburukan kita sendiri diharapkan kita dapat muhasabah, agar menjadi PRIBADI yang lebih baik dari pada sebelumnya. Memang grafik manusia itu nai turun naik turun tak jarang jika sudah turun, turunya begitu lama hingga kita menjadi sangat berat untuk BANGKIT lagi.

Karena KEJUJURAN adalah hal yang berani, berani mengambil segala resiko. karena bila JUJUR tetap menjadi sikap, siapkan mental dan hati untuk menghadapi. TIDAK semua yang jujur adalah hal yang menyenangkan. Tak JARANG dengan kejujuran banyak timbul fitnah dan kebencian, namun Tak SEDIKIT kejujuran yang berbuah kebaikan yang semakin menumbuh suburkah ukhuwah. Mungkin itu pandangan dari Diki ^^ Mungkin bisa dibenarkan kalau masih banyak kekeliruan dalam penyampaian Diki. Karena Diki juga masih belajar dan belum berstatus GURU :D
Semoga hidup penuh berkah, Syukron katsiron ...
Berbagilah dengan sesama, karena dengan berbagi kebaikan yang kita dapatkan dapat orang lain dapatkan juga ^^


Sumber: dream.co.id dan pkspiyungan.org

Mohon maaf kalau mengganggu kenyamanan :
1. Komentar yang mengandung SPAM, pornografi, dan iklan akan dihapus.
2. Mencantumkan link hidup akan otomatis dihapus.
Terima kasih atas kunjungannya U(^_^) semoga artikel ini bermanfaat.


 

Motivasi

Info Agama Islam